Penulis: Orizuka 
Cetakan Pertama, Juni 2015 
Series : The Chronicles of Audy #3 
Penerbit: Haru 
Tebal: 320 halaman 









Hai. Namaku Audy.
Umurku masih 22 tahun.
Hidupku tadinya biasa-biasa saja,
sampai aku memutuskan untuk bekerja di rumah 4R dan jatuh hati pada salah seorang di antaranya.

Kuakui aku bertingkah (super) norak soal ini,
tapi kenapa dia malah kelihatan santai-santai saja?
Setengah mati aku berusaha jadi layak untuknya, tapi dia bahkan tidak peduli!

Di saat aku sedang dipusingkan oleh masalah percintaan ini, seperti biasa, muncul masalah lainnya.

Tahu-tahu saja, keluarga ini berada di ambang perpisahan. 
Aku tidak ingin mereka tercerai-berai, tapi aku bisa apa?

Ini, adalah kronik dari kehidupanku yang masih saja ribet.
Kronik dari seorang Audy.

Setelah menunggu beberapa bulan akhirnya buku ketiga serial Audy terbit juga. (Dan saya dapet Pembatas Rafael lagi. Untuk ketiga kalinya.. x.x)

Tapi yah, agak kecewa sama buku ketiga ini.

Pertama : Karakter Audy ga ada kemajuan. Malah terkesan labil.. x.x
Kedua : Walaupun saya Team R3, pembahasan soal perasaan Audy ke R3 itu terkesan berlebihan. Oke, R3 emang, yah you know lah, emang seperti itu. Tapi tingkah si Audy itu Alay bgt.. Ga bisa tenang sedikit apa ya.. x.x
Ketiga : Skripsi Audy belum juga kelar.
Keempat : Klimaksnya dibahas sedikit doang... Cuma beberapa bab terakhir. Itupun diselesaikan dengan 'agak' biasa.

Tapi terlepas dari kekecewaan yang saya paparkan di atas. Gaya penulisan mbak Orizuka emang mengalir seperti biasa. Baca buku ini terasa sebentar. Saya juga masih sempat tersenyum-senyum sendiri di beberapa bagian. Pesan-pesan kekeluargaannya pun masih dapet.

Mungkin kekecewaan saya ini karena saya berharap lebih..

Semoga kalo emang dibuat lanjutannya, bisa lebih dari pada seri-seri sebelumnya.
Biar bisa kasih rating bagus lagi.. hihih :3

Yang ini, cukup 3 bintang ya, mbak Ori.. ;D
 Judul : Bumi Manusia (Tetralogi Buru #1)
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Cetakan Pertama, 2005 (First Published 1975)
Penerbit: Lentera Dipantara
Tebal: 535 halaman 
ISBN: 978-979-9731-23-4








Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern.

Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.

Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu .... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.

"Kita kalah, Ma," bisikku.

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."

Ini buku sastra indonesia pertama (seingat saya) yang saya baca, sekaligus buku perkenalan pada Pramoedya -yang ternyata seterkenal ini-.

Gaya bahasa yang digunakan, cara penggambaran yang deskriptif membuat saya merasa sedang membaca buku terjemahan dan mengira awalnya buku ini memang ditulis dalam bahasa bukan Indonesia.

Sebenarnya saya tidak bisa berkomentar banyak tentang buku ini. Isi dan konflik di dalamnya benar-benar baru bagi saya. Sejauh yang saya tangkap, masalah utama yang dibahas adalah tentang Pribumi, Indo dan Eropa Totok (yang saya kira artinya adalah Orang Eropa asli).

Di luar permasalahan pelik tentang Pribumi dan sebagainya itu, buku ini tetap bisa dinikmati walau kadang bisa membuat saya mengernyitkan alis karena tidak mengerti beberapa istilah dalam buku ini.

"Kau dalam kesulitan, Minke. Kau jatuh cinta." - Jean Marais, hal 77

Untuk tokoh favorit, sepertinya saya tidak akan memilih tokoh utama. Minke ataupun Annelies belum bisa merebut perhatian saya. Kisah cinta mereka terlalu berlebihan (menurut saya) mengingat usia mereka yang masih sangat muda.
Oh, dan Anne ini mengingatkanku pada Milea (tokoh dalam buku Dilan) yang karakternya hampir sama.

Saya lebih tertarik pada Nyai Ontosoroh.
"Mana mungkin? Mama bicara, membaca, mungkin juga menulis Belanda. Mana bisa tanpa sekolah?"
"Apa salahnya? Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima." - Nyai Ontosoroh, hal 105

Walaupun agak panjang, kisah tentang Nyai Ontosaroh begitu menarik untuk dibaca. Mengingatkan sama satu buku yang juga pernah saya baca, anak-anak perempuan yang dipingit di usia muda dan dipersiapkan untuk lelaki kaya tak peduli muda atau tua di luar sana.. 14 tahun aja udah dianggap perawan tua.

Ada beberapa hal yang menarik dalam buku ini. Saya baru tahu kalau ternyata wanita-wanita Jawa dulunya dipangur (diratakan gigi taringnya). Juga pomade, yang sedang tren saat ini dikalangan para pemuda, ternyata telah digunakan sejak tahun 1900-an (Menurut informasi dari teman saya, ternyata pomade ini sudah ada sejak tahun 1800an).

Ending buku ini agak gantung. Mungkin akan lebih dijelaskan di buku berikutnya. Semoga.

Jadi, pada akhirnya saya tidak bisa memberi banyak bintang, untuk bumi manusia, cukup ★★★. ;D
Judul : Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun1990
Penulis: Pidi Baiq
Cetakan Pertama, 2014
Penerbit: DAR! Mizan (Pastel Books)
Tebal: 332 halaman 
ISBN: 978-602-7870-41-3








"Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja" (Dilan 1990)

"Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya, orang itu akan hilang." (Dilan 1990)

"Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan, dan dukungan. Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli." (Milea 1990)
*Nulis review ini sambil nunggu Dilan Bagian dua tersedia di toko buku di Makassar*

Dilan, dikenalkan padaku oleh seseorang. Buka goodreads dan langsung penasaran berkat blurb-nya! :D

Akhirnya minjem buku ini dan segera ditamatkan dalam semalam.

Buku ini juga jadi media perkenalan pada Pidi Baiq. Penulis unik dengan gaya menulis yang baru kali itu saya temui. Lucu, kadang sedikit aneh tapi tetep kece.

Sebenarnya tema yang diangkat dalam novel ini biasa aja. Dilan, anak geng motor yang jatuh hati pada Milea yang cantik. Plotnya juga biasa aja. Iya, gitu aja. Serius.
Namun yang membuat buku ini seru dan ngegemesin, tentu saja si Dilan. Cara ngomongnya, gombalan uniknya. Bikin meleleh deh pokoknya.



Tapi ya, saya belum menemukan alasan Dilan menyukai Milea, selain cantik. Soalnya Milea bagi saya itu manja, panikan dan sedikit kekanak-kanakan. Suka merajuk dan memaksa. *digebukin fans Milea*

Sebenarnya banyak banget quote yang kece dari buku ini, tapi menurut saya, lebih enak jika langsung baca sendiri dari bukunya. Apalagi puisi-puisi yang dibuat sama Dilan.. Ya, ampun.. 



Selain gaya bahasa yang unik, salah satu yang membuat buku ini menarik adalah ilustrasi di dalamnya -yang belakangan saya tahu kalau itu digambar oleh Pidi Baiq sendiri-. Bahkan di awal buku ada perkenalan tokoh-tokohnya seperti dalam komik. Jadi, sambil baca bisa sambil membayangkan wajah tokoh-tokoh yang ada.

Buku yang seru dan menghibur.  ★★★☆ buat Dilan dan Milea :D
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home