[YUI17Melodies - Day 5] Goodbye My Summer

Musim panas. Waktunya liburan akhir semester. Aku sudah lama menunggu datangnya momen ini. Aku bangun pagi-pagi buta dan sengaja berangkat lebih awal. Aku begitu bersemangat. Aku ingin cepat sampai di tempat tujuanku.

Matahari juga sepertinya merasakan semangatku. Sinarnya menyengat padahal jam tanganku masih menunjukkan pukul tujuh.

Aku sedang berjalan menuju rumah sakit. Ya, rumah sakit. Aku tidak berniat untuk menghabiskan liburanku dengan pergi bertamasya atau jalan-jalan seperti kebanyakan orang. Aku ingin menghabiskan waktu libur ini untuk melakukan magang yang sudah ku rencanakan sebelumnya bersama tiga orang temanku.

Aku adalah seorang mahasiswi jurusan psikologi. Dari dulu aku suka mengamati prilaku orang-orang di sekitarku. Entah mengapa, aku sangat tertarik akan hal itu. Makanya, aku memutuskan untuk mengambil jurusan ini setelah lulus sekolah menengah. Aku ingin menjadi psikolog.

“Ah, indahnyaaaa…” pekikku saat melihat laut di ujung persimpangan jalan.  Beruntung pihak kampusku mengijinkan mahasiswanya untuk memilih tempat magang sendiri sehingga aku bisa memilih rumah sakit yang terletak di daerah pantai ini. Jadi, aku bisa menikmati pemandangan laut saat matahari terbenam nanti.

Kilauan cahaya matahari yang dipantulkan oleh air laut membuat ledakan-ledakan kecil di dadaku. Aku tidak sabar untuk merasakan atmosfir baru, mengenal orang-orang baru di rumah sakit nanti.
***

“Pelayanan psikologi di sini ada beberapa. Poli psikologi1poli autisme2bangsal psikiatri3 dan ruang NAPZA4.” Jelas salah satu psikolog yang bertugas membimbing kami selama magang. Aku dan ketiga temanku yang baru saja datang mendengarkan dengan seksama.

“Nah, tugas kalian di sini adalah membantususter di bangsal psikiatri untuk melakukan assesmen5 pasien, dan memberikan terapi di ruang NAPZA. Jelas?” Lanjutnya. Kami mengangguk.

“Baiklah. Lakukanlah tugas kalian dengan baik.” Kata psikolog itu dengan senyum.

Kami memutuskan untuk melakukan pembagian tugas. Aku dan seorang temanku di bangsal psikiatri dan dua lainnya di ruang NAPZA.

Aku yang baru saja sampai di bangsal psikiatri langsung saja menyapa pasien-pasien dengan senyum sumringah. Pasien-pasien yang ada di sini tidaklah berbahaya jadi mereka dibolehkan keluar dari kamarnya. 

Temanku mulai melancarkan observasinya dengan mengajak salah satu dari pasien mengobrol. Aku yang tidak mau kalah, langsung mendekati salah satu pasien yang duduk di sudut lorong bangsal ini. Aku duduk di sampingnya. Pasien itu sepertinya takut dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Jadi aku mencoba ramah dan tersenyum padanya. Tapi percuma, pasien ini sepertinya tidak suka didekati. Dia kemudian merogoh saku pada baju putihnya mencoba mencari sesuatu.

Deg! Aku kaget bukan kepalang. Saat melihat benda yang ia ambil dari sakunya. Pisau lipat.

Tubuhku gemetaran. Aku ketakutan. Semangatku yang menggebu-gebu tadi hilang begitu saja. Aku berusaha untuk menggerakkan tubuhku. Aku ingin lari. Tapi terlambat, pisau itu telah menembus kulit dan menusuk lambungku.

“Hei!! Kenapa pasien Schizophrenia6 itu bisa keluar dari kamarnya??” teriak salah satu suster yang bertugas di bangsal ini saat melihatku terkapar penuh darah. Beberapa suster lain yang melihat kejadian itu langsung mengejar pasien yang kutemui tadi.
***

Aku yang masih berlumuran darah segera dilarikan ke UGD. Aku melihat ketiga temanku juga ikut berlari di samping tempat tidur dorong. Tapi wajah mereka tidak lagi jelas. Pandanganku buram. Perihnya luka akibat tusukan pisau tadi pun menghilang. Aku akhirnya tertidur. Selamanya…

Selamat tinggal musim panasku. Selamat tinggal mimpi-mimpiku.


Poli psikologi : Konseling klien dan seleksi karyawan
Poli autisme : Terapi gangguan pada anak-anak autis
Bangsal psikiatri  : Tempat pasien gangguan jiwa dirawat, diberi tes psikologi, observasi dan diwawancarai secara berkala.
Ruang NAPZA : Tempat rehabilitasi pecandu NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya)
Asesmen : Mengumpulkan informasi yang digunakan untuk mengenali dan menyelesaikan masalah
6 Schizophrenia : salah satu bentuk Psikosis (gangguan jiwa yang menyebab seseorang tidak bisa membedakan realita dengan fantasi). Di cerita ini, pasien yang menusuk tokoh utama, berhalusinasi dan merasa ada seseorang yang mau membunuhnya.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

4 comments:

  1. Eh? Meninggal? :'(

    Tumben bikin cerita sedih gini

    ReplyDelete
  2. iyaaa~ cuaca mendung mulu jadi susah bikin cerita yang manis-manis.. :(

    ReplyDelete
  3. sereem..
    tp kasian sama tokoh utamanya.. :((

    ReplyDelete
  4. hehe.. iyaaa... yang nulis juga kasian sama tokoh utamanya :(

    ReplyDelete