“Sebuah sinar cahaya lembut menyala pagi hari, aku senang kau di sini…”
Angin semilir menerpa wajahku. Aku menatap kosong ke
hamparan air laut di hadapanku. Menunggu. Di kepalaku terputar kembali ingatan
tentangnya. Tentang dia yang menyukai laut. Tentang dia yang menyukai buih-buih
yang menyentuh jari-jari kaki mungilnya. Tentang dia yang mempunyai senyuman
manis di wajahnya.
Pulau Lengkuas, pulau yang hanya memakan waktu 30 menit dari
Pantai Tanjung Kelayang, Belitung. Pulau favoritnya. Pulau tempat dia sering menghabiskan
waktu untuk menyelesaikan lukisan-lukisan indahnya. Dia adalah Lili. Seperti
namanya, dia sangat lembut bagai putihnya bunga lili. Namun dibalik kelembutan
itu, tersimpan keceriaan yang selalu tercermin pada senyumnya. Senyumnya yang…
Ah, ini dia yang ku
tunggu!
Mentari dengan malu-malu mulai naik keperaduannya. Sinarnya yang
terpantul di air laut membentuk kilauan indah. Sangat indah. Warnanya seperti
senyumnya. Kuning emas, menyilaukan.
Aku sengaja datang ke pulau ini, menyisihkan waktu ku untuk
menyaksikan fenomena alam ini. Saat matahari terbit di hari lahirnya.
Sinar mentari, wangi laut, warna keemasan, selalu membuatku mengingatnya. Aku seperti bisa merasakan
kehadiran Lili di sampingku. Bergelayutan manja di lenganku. Atau sekedar
menceritakan kejadian lucu yang dia alami. Itu membuatku cukup bahagia.
Kutatap langit dan air laut yang menyatu pada satu garis. Menarik
napas dalam-dalam.
Di sana, kamu bahagia
kan? Lili, anakku…
“Ya, kamu ada di sini bersamaku. Terus ada di dalam hatiku…”
*cuma 200 kata.. :|
0 comments:
Post a Comment